Rabu, 05 Maret 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas semua limpahan rahmat, inayah, taufik serta hidayahnya hingga saya bisa menyelesaikan penyusunan naskah drama ini didalam wujud ataupun berisi yang amat sederhana. semoga naskah drama ini bisa dipergunakan sebagai di antara acuan, panduan ataupun dasar untuk pembaca.
Harapan saya semoga naskah drama ini menolong menambah pengetahuan serta pengalaman untuk beberapa pembaca, hingga saya bisa melakukan perbaikan wujud ataupun isi naskah drama ini hingga nantinya bisa tambah baik.
Dalam pembuatan naskah drama ini saya akui ada banyak kekurangan dikarenakan pengalaman yang saya punyai amat kurang. oleh kerena itu saya inginkan pada beberapa pembaca untuk berikan masukan-masukan yang berbentuk membangun untuk kesempurnaan naskah drama ini.

Bawang, 18 November 2013

Tim Penyususn









AKU, KITA
Tema        : Melodrama
Sutradara    : Nur Prasepti Rahayu (17)
Nama Pemain :
1.    Dwi Tyastiti (05) sebagai Dewi
2.    Haris Widodo (12) sebagai Pete
3.    Ridlo Safaatullah (20) sebagai Garry
4.    Rima Restika (21) sebagai Nayla
5.    Vera Nurhalimah (29) sebagai Ibu Kamthi
Narator        : Eskananti intan (08)
Penulis Naskah     : Fajar Afrianto (09)
Penata Ruang        : Titi Nur rahmawati (26)
Penata busana dan make up : Eskananti Intan Oktari (08)
Setting/Latar :
1.    Setting tempat:
a)    Taman
b)    Rumah
2.    Setting waktu:
a)    Pagi hari
b)    Siang hari






Semua manusia pasti akan mengalami jatuh cinta, dan sehebat apapun kisah cinta sejati kita pasti akan mengalami kata berpisah.
Ini adalah salah satu contoh dari sekian banyaknya kisah cinta yang pernah ada. Nayla, seorang gadis yang di tinggal sang kekasih karena sebuah penghianatan yang tidak di harapkan dalam kisah cintanya. Pete, sang kekasihnya menusukan sebuah pedang yang bernama penghianatan dalam kehidupan cinta mereka.

# DI TAMAN
Pagi yang indah, yah.... meskipun dihiasi mendung dilanggit sana. Namun itu tak dihiraukan oleh sepasang kekasih yang sedang duduk di bangku taman, mereka tengah asik bercengkrama dan terlihat berbahagia. Entah, entah apa yang membuat mereka bahagia hanya mereka berdua dan tuhan yang tau. Tapi apakah kebahagiaan mereka akan selamanya mereka dapatkan, kawan ? ini itu hidup, terkadang bahagia terkadang menderita. Tapi biarkan mereka berbahagia untuk saat ini, sebelum penderitaan itu datang dan merenggut semua kebahagiaannya.
Pete    : “ Kamu tahu kenapa hari ini mendung dan matahari tidak menampakkan sinarnya ?“  (berbicara sambil memandang langit).
Nayla     : “  Eemm. . . .  Aku tidak tahu memang kenapa ?”
Pete     : “ Itu karena matahari terkalahkan oleh sinar kecantikanmu. “ (sambil memandang wajah gadisnya dengan polos)
Nayla    : “ Ha ha ha. . . Gombal !!” (Nayla tertawa lalu menjulurkan lidahnya kemudian ia memandangi langit)
Pete    : “ he he he. . . “ (Pete tertawa hambar, kemudian ia kembali memandang langit)
*Hening untuk beberapa saat*
Pete    : “Nayla ?” (Panggil Pete pelan, ia masih memandang langit)
Nayla    : ” Hmmm. . . Apa ??” (Saut Nayla pelan, Ia juga masih memandang langit)
Pete    : “ (Memandang wajah gadisnya serius).” Seandainya Aku pergi jauh dan dalam waktu yang lama, apa kamu akan menanti Aku sampai Aku kembali ?” (Tanya Pete dengan nada lemah)
Nayla    : ” Kenapa. . . Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu ?” ( Tanya Nayla dengan nada lirih tanpa menjawab pertanyaan Pete).
Pete    : “ A anu. . . Tidak apa-apa, jawab saja. “
Nayla    : “ Apa ? Apa kamu mau pergi meninggalkan aku ?” (Nayla memandang wajah pemuda didepannya)
Pete    : ( Menghela nafas) “ Begini Nayla. Maaf sebelumnya karena aku tidak memberi tahumu akan hal ini.” (Terang Pete dengan nada gusar)
Nayla     : “ Maksudmu ?” (Tanya Nayla bingung)
Pete    : “ Mungkin besok atau lusa aku harus pergi ke Amerika selama 6 bulan. “
Nayla    : “ Ada urusan apa kamu kesana ? Kenapa tiba-tiba ? Dan kenapa selama itu ?” (Terlihat nada kecewa dan sedih dari pertanyaan Nayla)
Pete    : “ Aku harus mengurusi anak perusahaan ayahku yang ada disana.”
Nayla    : “ Oh. . . “ (Nayla hanya bergumam pelan, kemudian Ia menundukan wajahnya)
Pete    : “ Nayla ? “ (Lirih Pete yang memegang pundak Nayla)
Nayla    : “ Hmm. “ (Mengangkat wajahnya memandang Pete)
Pete    : “ Apa kamu akan menungguku sampai Aku kembali, Nayla ?” (Tanya Pete pelan, terlihat dari wajahnya menginginkan jawaban yang pasti)
Nayla    : “ Pasti Pete, pasti aku akan menunggumu sampai kamu kembali. “ (Menggenggam tangan Pete)
Pete    : “ Terima kasih Nayla “
Nayla    : “ Ya.” (Mengangguk mantap) “ Tapi. . .  “
Pete    : “ Apa ?” (Tanya Pete penasaran)
Nayla    : “ Kamu tidak akan terjerat gadis-gadis disana kan ? “ ( Tanya Nayla cemberut)
Pete    : “ Ha ha ha ..“ (Tertawa sambil mengacak-acak rambut Nayla) “ Kalau itu sih tergantung “
Nayla    : “ Ughhhh. . . Dasar !! “ (Mendorong bahu Pete, kemudian berdiri dari bangku) “ Dan satu lagi “
Pete    : “ Apa ?” ( Menautkan sebelah alisnya)
Nayla    : “ Kau harus selalu menghubungiku.” (Tegasnya).” Tiap menit bila perlu “
Pete    : (Menghela nafas) “ Bagaimana Aku akan menyelesaikan pekerjaanku jika Aku harus menghubungimu tiap menit, Nay ?” (Tertunduk lesu, kecewa)
Nayla    : “ Huh. . . Terserahlah sudah siang, Aku harus ke toko. Kalau terlambat bos bisa marah. “ (Bergegas pergi)
Pete    : “ Nayla ! “ (Panggil Pete, Nayla berhenti dan berbalik badan menghadap Pete)
“Apa kamu tidak mau ku antar ?” (Tanya Pete)
Nayla    : “ Tidak. Terima kasih. Lagi pula tokonya deket ada di seberang sana.” ( Sambil menuju kearah sebuah bangunan) “ Lebih baik urusi urusanmu”
Pete    : “ Baiklah “ (Berdiri dari bangku dan berjalan berlawanan arah dengan Nayla)
Nayla    : “ Oh ya Pete, maaf besok aku tidak bisa mengantarmu ke bandara soalnya aku besok ada kuliah “ (teriak Nayla)
Pete    : (Pete balik badan) “ Ya,. . . Tidak apa-apa Nay”
*Kemudian mereka pergi ke tempat tujuan mereka masing-masing*
Sungguh perpisahan yang tidak diharapkan, biasanya perpisahan itu diliputi dengan kesedihan dan air mata. Tapi pasangan yang satu ini sungguh berbeda. Mereka berpisah seolah mereka yakin akan berjumpa dan bersatu kembali tanpa adanya sebuah masalah.
Padahal Aku sudah bilang kan ? Ini itu hidup kawan. Hidup itu terkadang apa yang kau inginkan tak bisa semuanya kau dapatkan. Dan apa yang kamu dapatkan tidak seperti apa yang kau bayangkan.
Akhirnya sepasang kekasih itu berpisah untuk sementara waktu, mereka berpisah tanpa adanya beban diantara mereka. Tapi apa yang akan terjadi selanjutnya, hanya takdir yang dapat menentukan kisah mereka berdua.
***
Satu bulan setelah berpisah  terlewati begitu saja. Tanpa adanya suatu masalah, komunikasi antara keduanya sangat baik dan lancar. Mereka masih sering melakukan komunikasi.
Tiga bulan terlewati begitu saja bagaikan sebuah daun diterbang angin. Hubungan keduanya masih terlihat baik meskipun disibukkan dengan urusan mereka masing-masing, Nayla dengan tugas skripsi akhir kuliahnya dan Pete sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk di kantornya. Tetapi, mereka tidak lupa saling memberi kabar satu sama lain.
Tapi satu bulan terakhir, Pete tidak memberi kabar kepada Nayla. Membuat Nayla merasa khawatir dan cemas akan sesuatu yang terjadi pada Pete. Ia mulai berfikir apakah kekasihnya baik-baik saja, apakah dia tidak berpaling darinya. Pikiran negatif tentang kekasihnya melintas begitu saja. Tapi semua kecemasan itu berakhir saat Ia mendapat sms dari Pete, Ia sudah kembali dan menemuinya besok di taman biasa mereka bertemu.
***
Pagi hari yang cerah, suasana pagi hari jauh berbeda dari 6 bulan yang lalu. Hari ini matahari menyapa semua makhluk dengan terpaan sinarnya yang hangat. Termasuk menghangatkan sepasang kekasih yang sedang duduk di bangku taman. Mereka nampaknya tengah melepas rindu.
Yang perempuan wajahnya terlihat berseri, berbanding terbalik dengan sang lelaki, ia terlihat muram dan sepertinya ada sebuah beban berat di kepalanya yang tengah ia pikirkan. Itu terlihat jelas dari raut wajahnya.
Nayla     :”Hampir 6 bulan kita tidak bertemu, kamu banyak tidak berubah. Bahkan terlihat lebih tampan.”(Nayla terkekeh pelan)
Pete     :”Hmmm....Kalau itu merupakan pujian, terimakasih.”(Tersenyum sebentar, kemudian terdiam dan menundukan kepala)
Nayla     :”Pete apakah kau akan jadi melamarku.”(Tanya Nayla pelan tapi serius)
Pete     :”Eh...i-itu , emmm aa-anu.”(Pete tergugup)
Nayla     :” Kau tau kemarin-kemarin aku baru saja mendatangi beberapa butik untuk melihat-lihat baju pernikahan.”(Nayla bercerita dengan antusias)
Pete     :” Oh, lalu?”
Nayla    :”Oh ya Pete, seandainya kita menikah aku ingin pernikahanntya tak terlalu mewah.”(Membayangkan pernikahan)
Pete     :” Nayla”(Lirih Pete)
Nayla :”Dan cukup orang-orang terdekat kita saja yang hadir.”(Nayla masih bercerita tentang pernikahan)
Pete     :” Nayla” (panggil Pete)
Nayla     :”Dan satu lagi . Aku ingin ...pernikahan........”(Kata-kata Nayla berhenti)
Pete     :” Nayla !” (Panggil Pete seru memotong perkataan Nayla)
Nayla :” Ya?” (Memandang kekasihnya bingung)
Pete     :”Sebenarnya aku kembali untuk memberitahumu.”(Pete terdiam untuk beberapa saat) “Aku akan menikah.”(Lanjut Pete dengan nada lemah)
Nayla    :”Memang Pete, kita akan me-...”
Pete    :”Bukan, bukan denganmu.”(Cegah Pete sebelum Nayla menyelesaikan kata-katanya)
Nayla    :”Ha..ha..ha.. jangan bercanda Pete.”(Nayla tertawa hambar)
Pete    :”Itu benar Nayla, aku akan menikah dengan wanita disana, aku sudah menghamilinya, maafkan Aku Nayla Aku khilaf”
Nayla    :”(Menampar Pete)”Itu, tidak lucu Pete!” (Emosi Nayla)
Pete    :”(Memegangi pipi) “Maaf, maafkan aku Nayla. Aku tak pantas untukmu.” (Pete tertunduk lesu, menyesal)
Nayla     : “ Memang!” (Bentak Nayla, suaranya meninggi dan bergetar) “Seharusnya aku tahu sejak awal, satu bulan ini kau susah dihubungi karena ini kan?!” (Air mata Nayla mulai menetes)
Pete    :” Nayla maa-...” (Panggil Pete lirih)
Nayla    :” Diam!” (Bentak Nayla), “Seharusnya Aku tahu dari dulu, kau pergi itu cuma alasan!” (Nayla semakin terisak).
Pete    :” Maafkan aku Nayla.” (Akan menggenggam tangan Nayla).
Nayla    : “ Pergi !” (Sambil mengibaskan tangan Pete yang akan menggenggamnya)
Pete     :” Nayla.”(lirih Pete)
Nayla :”Pergi! Ku bilang pergi!” (Nayla masih terisak)
Pete     :” Nayla, tunggu...”(Sambil menarik tangan Nayla)
Nayla     : (Mengibaskan tangan Pete) ”Jangan sentuh aku!” (Kemudian berlari pergi)
Pete     :”Nayla...Aargh!! Sial !!” (Sambil mengacak-ngacak rambut sendiri kesal)
    Pada akhirnya hubungan mereka harus kandas, setelah sekian lamanya melewati pahit manisnya cinta selama 3tahun. Ya, 3 tahun, memang bukan waktu yang singkat tapi apa bedanya 3 tahun yang lalu dengan 3 menit yang sekarang, sama-sama mereka bukan sepasang kekasih.
Tidak semua badai yang akan datang memberikan tanda dan peringatan akan kedatangannya. Tidak semua petaka bisa terdeteksi dan tertandai awal kehadirannya. Terkadang ada gejala awal yang bisa dipakai untuk menandai sebuah tragedi itu akan datang. Entah itu berupa firasat, mimpi ataupun pertanda.
Namu tidak setiap badai dan petaka bermurah hati memberikan tanda-tanda awal kedatangannya. Ada badai yang menelusup diam-diam, tanpa gerak dan suara yang dapat terdengar. Merayap tanpa gerak dan suara, lalu menghantam dan mengguncang seketika dengan gerakan yang sangat mematikan, tanpa ada belas kasihan.
Setelah kejadian ditaman itu hati Nayla benar-benar terguncang sangat dalam. Gadis yang dulunya periang dan selalu ceria kini harus menerima kenyataan yang begitu pahit. Bukan hanya hati Nayla yang terguncang tetapi jiwa Nayla juga ikut terguncang karena kejadian itu.
Meskipun kondisi Nayla seperti itu, tapi ia masih bisa dikatakan beruntung. Ia masih memiliki ibu yang selalu sabar mengurus dan menyemangatinya, memilliki dua sahabat yang selalu mendukung dan menghiburnya supaya menjadi Nayla yang periang seperti dulu.
Ibu Kamti : “Gerry, kamu tahun kondisi Nayla sekarang ?”
Gerry     : “Tidak Bu, saya tidak tahu”
Ibu Kamti : “Jiwanya terguncang karena Pete, mereka putus, kamu tahu ?”
Gerry     : “Tidak Bu, saya tidak tahu. Sekarang dimana Nayla Bu?”
Ibu Kamti : “Dia dikamar, coba kamu hibur dia, siapa tahu dengan kamu menghiburnya jiwanya kembali baik ?”
Gerry     : “Iya bu.” (Bergegas pergi ke kamar Nayla)
Dikamar Nayla sedang menagis di pojokan kamar. Gerry mulai menghibur Nayla yang jiwanya sedang terguncang.
Gerry : “Nay…Nayla?” (Sapa Gerry)
Nayla : (Menangis tak menghiraukan sekitarnya)
Gerry :”Nay…Kamu kenapa? Kenapa seperti ini ?”
Nayla: (Masih menangis dan tak menghiraukan sekitarnya)
Gerry : “Apa ini karena Pete ?”
Nayla : (Hanya menganggukan kepala)
Gerry :”Jadi hanya karena Pete si cowok pecundang itu kamu sampai jadi begini ?”
Nayla : (Menangis tak menghiraukan sekitar)
Gerry : “Aku akan cari Pete untuk bertanggung jawab padamu.”
Gerry pergi dari rumah Nayla dan menuju taman untuk menemui Pete.

#DITAMAN
Pete    : “Aku mau minta maaf sama kamu.” (Melas Pete) “Aku benar-benar mau minta maaf, Aku khilaf waktu itu Ger.”
Gerry    : (Memukul Pete) “Kamu tega melakukan itu sama Nayla, kenapa harus Nayla yang kamu sakiti ?! Kenapa bukan perempuan lain ?”
Pete    : “Aku khilaf Ger, Aku benar-benar khilaf Ger.”
Gerry : “Kenapa baru sekarang kamu bilang khilaf, apa kamu tidak memikirkan perasaan Nayla ?”
Pete    : “Iya aku tahu Ger, tolong maafin aku.”(Kata Pete memelas)
Gerry    : “Seharusnya kamu tahu harus minta maaf sama siapa ?” (Kemudian Gerry meninggalkan Pete )
***
# DI RUMAH
Hari ini, Pete memutuskan untuk menjenguk Nayla. Dia berharap bisa bertemu Nayla untuk terakhir kalinya sebelum dia kembali ke Amerika untuk menikah. Walaupun dia tahu pasti  akan diusir Nayla, bahkan bisa jadi dia akan terkena pukulan Garry lagi. Tapi dia akan tetap berusaha agar bisa bertemu dengan Nayla.
Pete    : “ Permisi. “ (Sambil mengetuk pintu)
Bu Kamti    : (Membukakan pintu) “ Nak Pete?” (Gumamnya pelan)
Pete    : “ Apa kabar bu ?” (Tanya Pete ramah)
Bu Kamti    : “ Mau apa nak Pete kemari ?” (Tanya ibu Nayla tanpa menjawab pertanyaan Pete)
Pete    : “ Bu, Aku ingin bertemu Nayla ?” (Pete memohon)
Bu Kamti : “ Lebih baik nak Pete pulang. “ ( Lirih Bu Kamti dan berniat menutup pintu)
Pete    : “ Tapi Bu kumohon. Aku ingin bertemu Nayla untuk yang terakhir kalinya.” ( Pete masih memohon)
Bu Kamti    : “ Baiklah nak, untuk kali ini Ibu ijinkan kamu bertemu dengan Nayla. Tapi jangan pernah kamu buat Nayla menangis lagi!”
*Kemudian Pete masuk kerumah dan melihat Garry dan Dewi sedang bersama Nayla*
Garry        : “ Buat apa kamu kesini !” (Bentak Garry saat melihat Pete)
Bu Kamti    : “ Nak Garry, biarkan nak Pete masuk menemui Nayla.”
Garry    : “ Tapi Bu, dia . . . . (Menunjuk Pete)
Dewi    : “ Sudahlah Ger, biarkan dia masuk. “ ( Dewi menenangkan Garry)
Garry    : “ Tidak ! Dia sudah menyakiti Nayla !“
Dewi    : “ Garry, biarkan Pete menyelesaikan masalahnya ! “ (bentak Dewi)
Garry    : “ Tidak ! Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan Nayla jika bertemu dengan laki-laki busuk seperti kamu !“ ( Menunjuk ke arah Pete)
Pete    : “ Apa hak kamu bicara seperti itu ? Aku hanya ingin bertemu dengan Nayla !”( Pete memaksa masuk kekamar Nayla)
Garry    : (Menarik tangan Pete dan berniat memukulnya)
Nayla    : “ Aaaaa. . . . . Pergi pergi pergi kamu dari sini !! (Terdengar jeritan histeris Nayla dari kamar)
Pete    : “ Nayla. . . Nayla.. . . !“ (Teriak Pete sembari melihat ke arah kamar Nayla)
Dewi    : “ Jangan Pete, biar aku saja yang menemui Nayla. Kalian tunggu saja disini (ucap Dewi dan langsung menuju kamar Nayla)
Pete    : “ Tapi aku khawatir dengan Nayla .“
Dewi    : “ Aku tau Pet, tapi Aku takut kalau nanti Nayla melihat kamu disini, dia akan semakin histeris. Lebih baik kamu pergi. “
Pete    :”Baiklah aku akan pergi, tapi tolong berikan ini kepada Nayla dan sampaikan maaf saya untuk Nayla.” (Pete memberikan secarik surat kepada Dewi)
Dewi    :”Baiklah ,akan saya sampaikan.”(Dewi menerima surat dari Pete dan kemudian menuju kamar Nayla)
Dewi    : “ Sudah Nayla tenang, Pete sudah pergi dari sini “
Nayla    : (hanya terdiam dipelukan Dewi)
Dewi    : (memberikan surat kepada Nayla) “Sebelum Pete pergi dia meninggalkan surut ini untuk kamu.”
Nayla    : (Membaca surat dari Pete)

Dewi    : “ Sudah Nayla, lebih baik kamu lupakan saja Pete. Aku yakin, ini yang terbaik untuk kamu. Kamu pasti akan menemukan pengganti yang lebih segala-galanya dari Pete”
Nayla    : (menangis di pelukan Dewi)
Semakin hari kondisi Nayla semakin membaik karena Nayla sedikit demi sedikit bisa melupakan Pete. Karena masih ada dua sahabatnya yang selalu ada dan menghiburnya yaitu Garry dan Dewi. Melihat kondisi Nayla yang mulai pulih Garry pun berniat ingin melamarnya agar Nayla bisa benar-benar melupakan Pete untuk selamanya dan mungkin akan hidup bahagia jika bersama Garry.
Garry        : (tok tok tok) “Assalammu’alaikum”.
Bu Kamti    : ”Wa’alaikumsalam. Eh nak Garry, tumben sore-sore datang kesini? Apa kamu tidak kerja?”
Garry    : ”Iya Bu, tadi saya habis meeting. Tapi, saya mampir kesini pengin ketemu sama Nayla kebetulan tempat meetingnya dekat sini”.
Bu Kamti    : ”Oh gitu, Nayla ada dirumah kok. Sebentar ya Ibu panggil dulu”.(Sambil pergi memanggil Nayla)
Garry    : ”Baik Bu”.
Nayla    : ”Eh Garry, ada apa?”
Garry    : ”Engga apa-apa, hanya ingin ketemu kamu saja.”
Nayla    : ”Pengin ketemu apa kangen?”(tertawa meledek)
Garry    : ”Bisa jadi, bisa jadi.”
Nayla    : ”Ciyeeee, kok mukanya jadi merah gitu? Ha…ha…ha…” (Ledek Nayla)
Garry    : ”Ah aku jadi malu. Oh iya aku pengin ngomong sesuatu nih Nay penting banget!”
Nayla    : ”Apa Gar? Bikin penasaran aja!”(Jawab Nayla dengan penuh penasaran)
Garry    : ”Aku boleh duduk nggak?”
Nayla    : ”Haa…ha….ha… Oh iya aku hampir lupa, silahkan.” (Nayla mempersilahkan)
Garry    : ”Nay, Aku pengin ngomong serius nih?”
Nayla    : ”Ngomong apa sih?”
Garry    : ”Aku ingin mempersuntingmu.”
Nayla    : ”Kamu bercanda ya, serius dong!”
Garry    : ”Engga Nay, Aku serius. Aku ingin selalu ada disampingmu menjagamu melindungimu mengasihimu menyayangimu dan mencintaimu sampai ajal menjemputku!”(Sambil memegang tangan Nayla)
Nayla    : (Hanya tersenyum mendengar kata-kata Garry)
Garry    : ”Kok senyum-senyum Nay? Aku serius lho ini!” (Garry meyakinkan Nayla)
Nayla    : ”Kenapa sih kamu mau menikahi aku? Padahal aku nggak akan bisa mencintai kamu.”
Garry    : ”Aku tahu Nay, aku Cuma ingin membuat kamu lupa dengan Pete dan kamu tidak perlu cinta sama aku.”
Nayla    : ”Terus apa arti pernikahan ini?”
Garry    : ”Aku yakin cinta itu bisa datang dengan seiring berjalannya waktu, karena cinta datang karena terbiasa. Jadi izinkan aku buat nemenin kamu Nayla.”
Nayla    : ”Kamu yakin dengan keputusanmu itu?”
Garru    : ”Iya Nayla, aku yakin dengan keputusanku ini dan kau tidak akan menyesal dengan keputusan yang telah aku ambil.”
Nayla    : ”Terimakasih Garry, aku akan berusaha mencintaimu walaupun itu tidak mudah untukku.”

    Akhirnya mereka menikah walau hanya dengan satu rasa. Perlahan-lahan Nayla mencoba untuk belajar mencintai Pete.